Menu
  • Bio Pena
  • Cerita Cinta
  • Petugas Haji
Menu

Cerita Cinta (Part 10): Di Sandar Cerita

Posted on by Cicihuy

Malam terasa lain. Malam terasa tak biasa. Aku tinggal di negara yang notabenenya membiasakan ‘kebiasaan’ malam menjadi pagi, pagi menjadi malam, itulah gaya hidup waktu di Negara Timur Tengah.

Hal perbedaan ini terjadi karena kegiatan malam masyarakat lokal atau pertokoan tutup pada pukul 00:00 dini hari sedangkan pagi baru dibuka pada pukul 10:00.

Lain dengan apa yang diterapkan orang tuaku di rumah, seluruh anggota keluarga wajib istirahat untuk tidur selepas sholat isya. Tujuannya, agar jadwal tidur dan bangun semua serempak bersama-sama.

Kegiatan pagi diawali untuk tahajud, mengaji dan berdiskusi ringan tetap terjaga. Di lingkungan pekerjaan yang baru ini, ada sedikit culture shock. Aku insomnia. Aku tidak bisa untuk tidur cepat. Mataku sulit untuk dipejamkan. Badanku sulit untuk diistirahatkan. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar sendiri. Terlalu sepi.

Aku turun ke Lantai G. Masih ramai di sana. Tepatnya di informasi resepsionis. Ada teman-temanku sedang bertugas pada jadwal shift malam. Tidak jarang mereka memesan makanan online untuk disantap bersama. Share, istilahnya berbagi.

Aku pun ikut ditawari dan berkumpul dengan mereka. Jika sudah mengantuk, aku kembali ke kamar. Aku senang, banyak yang kupelajari dari sekedar kumpul dengan petugas shift malam.

Bagaimana dokter harus mengontrol pasien di tengah malam, bagaimana Pendamping Orang Sakit membersihkan popok pasien, bagaimana petugas lain tetap siaga melakukan registrasi, menjaga, dan menghantarkan pasien dari IGD ke rawat inap.

Sebelumnya, aku tidak tahu apa yang terjadi di rumah sakit, sampai aku benar-benar tahu dari apa yang kulihat.

Menurut pemikiranku, tempat ini hanya untuk orang sakit dan bersalin. Selebihnya aku maupun orang tua ataupun keluarga, tidak benar-benar pernah bersentuhan dengan yang namanya rumah sakit. Alhamdulillah.

Aku begitu haus pada ilmu praktek dan pengalaman. Menurutku, hal baru dan ini takkan terulang 2 kali. Begitu projek selesai nanti maka berakhirlah rutinitas semacam ini. Aku bahagia, ada bagian-bagian doa untuk bekerja melayani pasien sejak 3 tahun lalu.

Walaupun secara tidak langsung, aku ada diberikan kesempatan oleh departemen untuk mengunjungi pasien, memotivasi lekas sembuh dari penyakitnya dan membantu mereka untuk makan secara teratur serta berdoa bersama.

Suasana di infomasi resepsionis tampak sepi. Aku dan teman-teman duduk pada sofa panjang tengah. Entah ini sudah hari keberapa kulewati bersama teman-teman. Pintu lift terbuka, dokter Joehari keluar santai arah ke kanan, kemudian ke kiri. Dilihatnya aku sedang kumpul.

“Loh? Kamu di sini, Sahara Medina?” tegurnya langsung duduk di sebelahku. Hatiku berdetak kencang. Ada apa ini, bisikku.

“Dokter Joehari, ini ada martabak. Tadi kita pesan,” tawar Syifa, anak rekap medis yang sedang menyantap martabak di sebelahku.

“Terima kasih, Saya sudah makan habis meeting tadi sama Pak Erwin. Biasa Pak Erwin lagi ngomel, jam segini baru kelar. Kalian belum tidur? Eh, Sahar, saya mau menunjukkin video. Ini nih, coba pake headset aja, ada lagunya,” kata dokter Joehari menyodori satu untai tali headset dan aku mengambilnya dengan posisi terpana.

Video apa ini. Mengapa aku diberi tahu. Dokter Joehari pun seolah-olah acuh dengan lingkungan sekitar sofa yang agak sedikit ramai dan memandang kami berdua. Cuek. Namun, aku rasa tidak nyaman dan enak hati dengan teman-teman yang berada di sana, nanti dikira aku sok kenal sok dekat dengan Dokter Joehari atau ada sesuatu di antara kami.

Video pun berputar dari ponselnya yang ditunjukkan padaku. Kumpulan beberapa foto yang dijadikan video dengan diiringi musik. Foto Dokter Joehari dan foto perempuan silih berganti beberapa cuplikan. Mereka berdua. Durasi video sampai 3 menit. Selesai.

“Bagus nggak?” tanyanya setelah video yang dipasang berakhir.

“Hmmm. Bagus. Kok ada gambar kapal?” tanyaku pada video akhir.

“Oh dia kru kapal, saya mau kasih hadiah video ini. Namanya Kristina Angelina,” terang dokter Joehari menjelaskan padaku tanpa tanya.

Dilanjutkan dengan cerita bagaimana mereka berkenalan dan bagaimana hubungan yang sudah dijalin selama 2 tahun tanpa pernikahan. Aku sadari, aku hanya menjadi lumpahan cerita dokter Joehari kala itu berkelanjutan.

“Cantik kok Dokter Joehari, segeralah menikah dengannya,” kataku sok dewasa.

“Kamu tidak bisa merubah panggilanku ‘kah?”

“Hehe, dokter Joe?”

“Hmmm, ya bolehlah.”

“Ada apa dengan panggilan, bukankah semua sama saja?” tanyaku padanya.

Ia memandangku tajam. Aku baru kali ini melihat mata elang dari seorang lelaki. Mata kami saling menatap dan berdekatan.

Sisi kanan kiri mata dokter Joe sudah tertarik dan berkeriput.

Bahu kami saling bersentuhan, aku tahu ini tidak sengaja.

Apakah aku jatuh cinta?

* * *

(Silahkan menekan episode berikutnya Part 11, sebelumnya Part 9).

Terima kasih pembaca, terima kasih teruntuk pemberi cerita cinta ini.

Jangan Lupa Bagikan ke Lainnya!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sinopsis AMS

Cerita Cinta Inspiratif.

Dua anak manusia yang seharusnya tidak bertemu di Mekkah. Namun, terkadang Allah menghadirkan kekuatan cinta yang luar biasa datang kapan dan dimana saja bagi hamba-Nya. Di saat Sahar sedang penuh dengan kasih sayang dari kedua orangtuanya, di situ ia pula ingin mengejar mimpinya untuk segera melepaskan masa lajangnya.

Sholeh, dewasa dan matang adalah sosok karakter impian Sahar untuk memilih pendamping sehidup sesurganya. Inilah yang dinamakan jodoh.

Perjuangan sebuah hubungan yang direstui oleh Sang Khalik telah dijalaninya meskipun jarak tempuh hubungan mereka sangat jauh. Antara Jeddah dan Jakarta. Sahar terlalu berani melangkah terlalu jauh dan seolah haus pada takdir yang menimpanya. Sahar kecewa kepada Allah, sujud yang tiada artinya, maju salah dan mundur pun salah. Cinta kepada pencipta-Nya terkikis oleh karena garis takdir yang tidak sesuai dengan keinginan Sahar.

Ketika tangan-tangan malaikat Allah ikut berbicara. Sahar digaris bawah kesadaran. Sahar tidak pernah bermimpi apa yang dilihatnya adalah nyata, tidak berharap apa yang dialami dalam sinetron dan drama Korea akan benar-benar terjadi juga padanya.

Sahar dihadapkan oleh pilihan diantara orangtua atau kekasih baru yang dikenalnya.

Akankah pertemuan dengan dokter Joe, pria yang berusia 50 tahun itu akan terjadi seperti janji yang telah diucapkan olehnya?

Recent Posts

  • Catatan Anak Petugas Haji
  • Cerita Cinta (Part 15): Jus Lemon
  • Cerita Cinta (Part 14): 14 September 2017
  • Cerita Cinta (Part 13): Tak Pandang Sebelah Mata
  • Cerita Cinta (Part 12): Ketoprak Ibu

“All characters appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.”