Ting.
Masuk pesan Whatsapp. Dokter Joe mengomentari fotoku yang tertampang pada status.
Percakapan pesan berantai Whatsapp antara aku dan Dokter Joe;
[Mau]
[😊]
[Lagi apa?]
[Baru pulang dari luar]
[Sudah makan?]
[Aku puasa Kamis]
[Ohh ….]
[Gimana ziarah di Madinah?]
[Sepi nih, nggak ada Sahar. Padahal ikut aja nggak apa-apa kok]
[Hehe, tetap nggak enak. Kepikiran berat bawa blender buat jus.]
[Kamu jus tiap hari?]
[Iya, aku dulu gemuk banget. Ini Sahar bisa turun karena pake pola minum jus aja.]
[Jus apa?]
[Bebas sih, bisa jus sayur atau jus buah.]
[Nggak eneg?]
[Ngga sih, menurutku malah badan jadi enteng.]
[Boleh deh ntar aku coba ya.]
[Boleh.]
[Aku lagi ngobrol sama bosmu nih, Ipul.]
[Oh yah? ngobrol apa?]
[Bagaimana caranya melamar Sahar?]
Gubrak!
Aku tersipu malu mendengar ungkapan manis Dokter Joe. Aku melayang, aku tidak mengerti bagaimana pria merayu lawan jenisnya. Seperti inikah?
Aku tidak merespon kembali obrolannya dan seolah tidak terpikirkan maksud dan tujuan ungkapan yang membuatku melayang gembira itu.
Aku tidak tahu warna Dokter Joe yang sesungguhnya. Mau kuning, merah, hijau atau abu-abu. Aku tidak mengenalinya secara utuh. Aku baru berteman dengan sekedar membalas pesan dan telepon, begitu saja selama 2 minggu bersamanya.
Waktu singkat untuk kita membaca watak seseorang. Aku merasa Dokter Joe terhibur dengan kepolosanku dalam diskusi, obrolan atau candaan.
Bahan pembicaraan kami selalu mengalir bak air setiap harinya. Dokter Joe adalah seorang pria luwes yang mampu membawa dirinya untuk mengayomi sifat kekanak-kanakanku. Dokter Joe sering mengejekku tidak sesuai kelakuan seusiaku.
Dalam suatu hal, aku bisa lebih banyak meledak-ledak mengomentari pekerjaan dan pertemananku. Dokter Joe masuk sebagai penasehat yang menyejukkanku. Cooling down. Persis seperti sosok antara abang dan adik.
Dibalik sikap kekanakanku, muncul kedewasaan entah ilham dari mana yang membuatku menjadi pendengar baik per episode cerita dari Dokter Joe. Bukan hanya itu, kehidupan percintaanya dengan perempuan bernama Kristina Angelina ikut diceritakan . Perempuan yang telah dikenalnya selama 3 tahun di kapal.
“Kalau gitu, nanti kenalin Sahar dengan pasangan dokter ya. Mana tahu Kristina dapat hidayah mau mualaf,” kataku menerima curhat Dokter Joe perihal kegelisahan dalam hatinya.
“Susah. Dia masih keukeh sama agamanya. Dia sudah berjanji sama mendiang suaminya untuk tidak kembali ke Muslim. Anak-anaknya di sekolah Nasrani juga.”
“Kita coba aja dulu, mana tahu hidayah itu akan datang. Kita kasih contoh hal yang bagus-bagus. Sahar punya teman Libanon yang menganut agama Atheist. Ketika Sahar sholat duha dan puasa di kantor, dia suka tanya-tanya. Ternyata, dia tertarik dengan Ka’bah dan ingin tahu kenapa umat Muslim harus ke sana. InsyaAllah bisa.”
“Aku tahu watak Maria, keras,” ucap Dokter Joe tajam.
Aku terhenti jika tidak ada masukan yang diterima dan aku bingung sendiri. Jika watak Kristina keras, mengapa Dokter Joe masih mempertahankannya?
Apa tidak ada wanita muslimah yang lain? Menurutku, hal ini tidak mudah jika sudah menyangkut perbedaan agama.
Seagama saja kita banyak mengalami perbedaan pada sebuah rumah tangga, atas nama pernikahan. Sungguh aku bisa memahami kesulitan yang dialami Dokter Joe.
[Sahar .…]
[Iya?]
[Besok kita perpisahan ya?]
[Oh ya benar, jam berapa?]
Masa penugasan ini akan segera berakhir. Dokter Joe akan kembali ke Jakarta dan aku kembali ke habitatku.
[Jam 7 sih, paling ngaret-ngaret gitu.]
[Oh, okay.]
[Sahar ….]
[Apa?]
[Boleh aku tanya? Kamu sebenarnya udah ada yang disukai belum? Pacar gitu atau calon?]
[Loh? tanya-tanya, mau tahu aja.]
[😅, terus?]
[Sahar nggak ada punya pacar atau calon. Dulu pernah punya teman dekat pas SMA, hubungan kami hanya sebentar karena mantan dari cinta monyet minta break. Sejak itu aku sudah malas kenal cowok. Kuliah juga banyak teman cowok, tapi ya gitu lebih enak temanan aja. Malas nanti patah hati, sakit hati, dan nangis-nangis. Aduuh, nggak deh. Dunia kerjaan pun sama. Ibu tidak setuju cowok dari Warga Negara Asing, harus dari Indonesia.]
[Cinta produk dalam negri yah?]
[Yup …]
Dokter Joe mengirim lagu. Aku mendengar lagu semakin terbawa suasana melodi lama nan melow. Tapi, lagu apa ini? Aku merasa lagu yang tidak pernah kudengar sebelumnya.
Aku tidak tahu dan tidak familiar dengan lagu ini. Generasi yang sangat jauh dan berbeda selera. Aku menduga, genre musik ini adalah kesukaan Dokter Joe. Aku masih kenal dengan lagu hits tahun 90’an. Beda era beda selera rupanya.
* * *
(Tunggu episode berikutnya, sebelumnya Part 14).
Terima kasih pembaca, terima kasih teruntuk pemberi cerita cinta ini.
Jangan Lupa Bagikan ke Lainnya!