Menu
  • Bio Pena
  • Cerita Cinta
  • Petugas Haji
Menu

Cerita Cinta (Part 8): Aku Mengenalmu di Pintu Mekkah (2)

Posted on by Cicihuy

Merah merona penuh malu selepas aku memperkenalkan diri di depan petugas. Aku baru menyadari salah alamat dan tempat. Salah timing.

Ini perkumpulan bukan untuk departemenku, tetapi hanya departemen khusus profesi medis.

Aku bagai nyamuk di situ. Pantas saja tatapan tajam penuh misteri audience yang hadir seolah menghantam penuh tanya melihat raut wajah mereka pada anak bawang yang kucel ini.

Pria yang memanggilku untuk maju ke depan ternyata seorang pimpinan dari group profesi medis. Pria ini bernama Dokter Joehari Putra Mahesa. Selama perkenalan diri ala kadarnya, ia asyik menggoda agar aku menjelaskan status singleku.

Aku menjadi bahan sorotan keisengan dan kejahilan Dokter Joehari saat itu.

Di akhir acara, Dokter Joehari menghampiriku yang sedang menyantap makanan jatah malam dari sesi acara yang telah usai tersebut.

“Neng Sahara Media, berapa nomor teleponmu?” tanyanya sembari menghampiriku dan sudah berada di sampingku saja. Aku kaget dan masih jengkel karena tadi.

“Nanti ya Dok, nomor saya suka ganti-ganti,” jawabku enggan memberi nomor ponsel padanya.

“Kamu magister di Singapura? Saya kemaren pernah berlibur di sana,” katanya tidak lama pamit pergi setelah tertwa menggodaiku saat perkenalan diri di tengah sesi acara briefing.

Aku berjalan balik dari kerumunan petugas profesi medis yang masih tersisa di Aula. Aku melihat Ani sedang sibuk ke arah mesin foto kopi yang tidak jauh dari lokasiku.

Aku buru-buru lari kecil menghampiri sembari mengingat memori lama. Wajah Ani yang dulu. Saat kuliah.

“Nii, Ani. Aku baru ingat. Ani yang dulu pernah tidur di kamar temanku ‘kan? Dulu kamu sama mbakmu datang ke kampusku. Bener tidak?” sapaku penuh dosa karena telah melupakan Ani dari ingatanku.

“Hehe… itu kamu pinter. Sudah lama kita tidak bertemu. Eh, Sahar, ngapain tadi kamu ikut briefing profesi medis? Tapi lucu juga gaya kamu tadi di depan. Aku sibuk jadi cuma bisa lihat kamu dari jauh. Keren loh!” kata Ani.

“Huh, keren apanya. Aku salah alamat kali, Ni. Gilaaa itu dokter semua. Malu, aku terpaksa pede-pedein aja. Dokter itu siapa sih? Seberapa penting dia? Rese ya orangnya?” tanyaku.

“Oh dia bisa dibilang boss aku juga. Tapi bukan inti, kalau lagi ada keperluan aja kita kerja bareng. Orangnya suka ngobrol, baik, enak, humble loh. Dia orang penting di sini, termasuk tim managerial,” terang Ani membuka jati diri dokter Joehari.

“Iya sih, keliatan enak tapi agak rese ya?” tanyaku padanya.

“Haha … dia terkenal rese, friendly, suka menolong, ramai dan suka jail. Okey kok orangnya,” terang Ani sambil kedua tangannya sibuk memfotokopi kumpulan lembaran.

“Hehe … aku sih ngga apa-apa. Asal ngga sombong aja. Males aku gaul sama yang sombong-sombong karena jabatan dan dokter,” balasku. “Eh, tadi dia minta nomorku, Ni.”

“Ya udah kamu kasih aja. Aku juga belum ada nomormu ‘kan?” tanya Ani padaku.

“Masalahnya aku takut dia laki orang, Ni. Tidak minat aku dan sudah diultimatum sama orang tuaku untuk tidak menerima pendekatan dengan pria berstatus menikah. Takut salah sangka nantinya.”

Pertemanan terjadi yang bermula sebatas teman, kemudian disalahartikan dan terjerumus.

Istilah ‘Pelakor’ atau perebut laki orang sudah sangat popular. Aku masih berstatus single dan cukup umur untuk menikah.

Entah mengapa aku merasa usia yang kata orang sudah matang ini cukup rentan digoda oleh lelaki.

Aku senang bergaul dengan siapa saja, mau itu laki-laki atau perempuan. Batasan usia tidak jadi soal. Suku pun tidak jadi masalah. Asalkan satu prinsip yang kupegang dan didikan dari orang tua untuk tidak pandang bulu dalam pertemanan itu sudah membuatku nyaman.

Beberapa kali pernah kualami kesalahpahaman berteman dengan pria yang beristri. Ada juga yang coba sengaja mendekatiku. Maaf jika dikata, aku tidak minat dengan mereka.

Apalagi tidak pernah terlintas dalam pikiran ini untuk menyakiti sesama kaum wanita. Ada sebuah pengkhianatan yang menurutku tidak pantas dilakukan bagi pria manapun yang memiliki istri. Aku tidak segan untuk tidak meladeni dan acuh tak acuh menanggapinya.

“Dia belum menikah kok,” terang Ani santai.

“Ha? belum menikah seusianya begitu?” tanyaku kaget.

“Sudah tapi cerai. Tidak banyak yang tahu memang. Sebagian orang saja. Kebetulan aku tahu karena dia yang cerita,” ungkap Ani menimpali sebuah pernyataan yang membuatku tercengang kaget lagi.

“Kenapa bisa begitu, Ni?”

“Maksudmu?”

“Kenapa ia cerita padamu?”

* * *

(Silahkan menekan episode berikutnya Part 9, sebelumnya Part 7).

Terima kasih pembaca, terima kasih teruntuk pemberi cerita cinta ini.

Jangan Lupa Bagikan ke Lainnya!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sinopsis AMS

Cerita Cinta Inspiratif.

Dua anak manusia yang seharusnya tidak bertemu di Mekkah. Namun, terkadang Allah menghadirkan kekuatan cinta yang luar biasa datang kapan dan dimana saja bagi hamba-Nya. Di saat Sahar sedang penuh dengan kasih sayang dari kedua orangtuanya, di situ ia pula ingin mengejar mimpinya untuk segera melepaskan masa lajangnya.

Sholeh, dewasa dan matang adalah sosok karakter impian Sahar untuk memilih pendamping sehidup sesurganya. Inilah yang dinamakan jodoh.

Perjuangan sebuah hubungan yang direstui oleh Sang Khalik telah dijalaninya meskipun jarak tempuh hubungan mereka sangat jauh. Antara Jeddah dan Jakarta. Sahar terlalu berani melangkah terlalu jauh dan seolah haus pada takdir yang menimpanya. Sahar kecewa kepada Allah, sujud yang tiada artinya, maju salah dan mundur pun salah. Cinta kepada pencipta-Nya terkikis oleh karena garis takdir yang tidak sesuai dengan keinginan Sahar.

Ketika tangan-tangan malaikat Allah ikut berbicara. Sahar digaris bawah kesadaran. Sahar tidak pernah bermimpi apa yang dilihatnya adalah nyata, tidak berharap apa yang dialami dalam sinetron dan drama Korea akan benar-benar terjadi juga padanya.

Sahar dihadapkan oleh pilihan diantara orangtua atau kekasih baru yang dikenalnya.

Akankah pertemuan dengan dokter Joe, pria yang berusia 50 tahun itu akan terjadi seperti janji yang telah diucapkan olehnya?

Recent Posts

  • Catatan Anak Petugas Haji
  • Cerita Cinta (Part 15): Jus Lemon
  • Cerita Cinta (Part 14): 14 September 2017
  • Cerita Cinta (Part 13): Tak Pandang Sebelah Mata
  • Cerita Cinta (Part 12): Ketoprak Ibu

“All characters appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.”